Kamis, 06 Februari 2014

SEJARAH SILSILAH KETURUNAN KELUARGA SWA WANDAWA SEMBUNG-KARANGENJUNG MENGWI



SEJARAH
SILSILAH KETURUNAN
KELUARGA SWA WANDAWA
SEMBUNG-KARANGENJUNG
MENGWI


Oleh:
I Gusti Agung Gde Oka Puger


MURDA – WAYA

Setelah bekerja sabar dan tekun dalam waktu yang lama, maka berhasillah kami menyelesaikan terjemahan BABAD LELUHUR kami ini, disamping mengadakan tambahan serta koreksi, sepanjang bisa didapat keterangan-keterangan yang authentiek dan dapat dibuktikan kebenarannya.
Entah karena apa, dalam bagian-bagiannya yang permulaan tidak ada disebutkan para istri leluhur kami, demikianpun kebanyakan dari putra-putra Beliau hanyalah golongan peria saja yang termaktub, sedangkan golongan putri-putrinya, kecuali satu-dua tidak ada yang dimuat. Begitupun dari golongan peria yang disebutkan itu, hanya yang menurunkan putra-putra lelaki saja yang diutarakan, dengan tidak ada diceriterakan sekedar kedudukan ataupun fungsi-fungsi yang Beliau telah atau pernah jalankan dalam masa kehidupan Beliau-beliau itu. Dalam uraian-uraiannya babad hanya menyebutkan: “SANG ANJURUIANG ……” dan sebagainya.
Pun hari lahir, maupun masa hidup Beliau-beliau itu tidak termuat, sehingga kita para keturunan, yang melanjutkan jalan sejarah Leluhur kita itu, masih meraba-raba dan mengira-ngira jaman-jaman yang dilalui masing-masing Beliau itu.
Mungkin hal demikian itu oleh para Leluhur kita, yang berusaha mencatat SILSILAH ini, dianggapnya biasa saja, seperti umumnya dan biasanya telah dilakukan oleh “guru-guru” kita Bangsa Hindu, yang mengajar kita menulis serta membaca huruf yang kita pergunakan sekarang ini, dengan tidak menuliskan keterangan-keterangan mengenai tahun hal-hal atau peristiwa-peristiwa seperti itu.
Juga pustaka-pustaka yang terwujud di Indonesia (baca: Jawa) sendiri kerap kali tidak diberi bertanggal atau bertahun, untuk mengenal masa terbitnya atau dikarangnya, oleh keturunan sekarang ini; hanyalah atas penyelidikan para kaum cendikiawan sekarang, dengan cara membandingkan dengan hasil-hasil penyelidikan sejarah atau perihal-perihal lain yang diketahuinya dapat dikira-kirakan kejadian peristiwa-peristiwa purba itu.
Penyelidikan-penyelidikan untuk memperlengkapi hal-hal yang belum jelas itu, kami masih usahakan, dan hal mana sepannjang akan bisa didapat, akan dimuat dalam silsilah (stamboom) yang disusun nanti.
Lain dari pada itu, perlu juga dicatat di sini hal di bawah ini:
Seperti ternyata dari BABAD kita, keluarga dari pihak purusa adalah keturunan Karangasem, sedangkan dari Peredana (perempuan), dari keturunan Mangaraja (Mengwi). Tetapi dalam mukadimahnya diambil Mukadimah Kerajaan Mengwi. Apa sebabnya, tidak dapat kami ketahui dengan pasti. Kemungkinannya adalah karena Leluhur kita yang memnyusun BABAD ini sudah “enteg” menjadi warga Mengwi dan dipandang olehnya tidak perlu lagi menyebut-nyebut hubungan dengan keluarga yang ada di Karangasem. Pendapat ini lebih diperkuat lagi, bila diingat-ingat, bahwa silsilah Karangasem membatasi diri dan mengutamakan anggota-anggota keluarga yang sangat terdekat dengan mereka yang menurunkan Raja-Raja atau Pejabat-Pejabat penting lainnya saja di Karangasem atau daerah ini.
Demikianlah sekedar pendahuluan dan penjelasan kami, selaku penterjemah dan “penyambung” Babad ini, sehingga sampai pada generasi yang tersurat pada bagian-bagian terakhir.

Sembung, Nopember 1976


(I Gusti Gde Oka Puger)